Sore Tugu Pancoran
Iwan Fals
Si Budi kecil kuyup menggigil
Menahan dingin tanpa jas hujan
Di simpang jalan tugu pancoran
Tunggu pembeli jajakan koran
Menjelang maghrib hujan tak reda
Si Budi murung menghitung laba
Surat kabar sore dijual malam
Selepas isya melangkah pulang
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepang
Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan buku
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si Budi diam di dua sisi
Angan Dan Ingin
Iwan Fals/Oddie Agam
Sambil tersenyum dan tanpa beban
Sepanjang jalan menarik perhatian
Rambutnya panjang
Rampingnya pinggang
Celana blue jeans mengukir tubuhnya sempurna
Tua muda berangan melihatnya
Seperti aku ingin bersamanya
Tapi sayangnya
Angan dan ingin
Seperti angin
Tiada habisnya
Tiada hentinya
Melayang
Tiada habisnya
Tiada hentinya
Menggoyang
Tiada habisnya
Tiada hentinya
Menantang
Tiada habisnya
Tiada hentinya
Sehingga hujan turun mengecewakan
Yang Tersendiri
Iwan Fals/Tommy Marie
Terhempas ku terjaga
Dari lingkar mimpi
Pada titik sepi
Suaramu terngiang
Menembus khayalku
Yang juga tentangmu
Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau
Bayangmu menghantui
Setiap gerakku
Dan kemauanku
Dahagaku akanmu
Matikan emosi
Juga ambisiku
Dan ku akui tanpa kemunafikan
Ku cinta kau
Bahwasannya keakuanku bersumpah
Ku cinta kau
Cik
Iwan Fals
Cepat kemari calon istriku
Ajarkan aku setiap pagi
Kucium mesra bibirmu
Larilah dekap tubuhku erat
Otakku buntu aku tak tahu
Hadapi soal serupa itu
Nona cantik calon istriku tolonglah aku
Pikat hatiku dengan tingkahmu
Sebelum kita siap arungi
Lautan luas penuh tantangan
Tampak perahu kecil kita menunggu di dermaga
Riak gelombang suatu rintangan
Ingat itu pasti kan datang
Karang tajam sepintas seram
Usah gentar bersatu terjang
Ulurkan tanganmu
Pasti kugenggam jarimu
Kecup mesra hatiku
Rintangan kuyakin pasti berlalu
Ulurkan tanganmu
Pasti kugenggam jarimu
Kecup mesra hatiku
Rintangan kuyakin pasti berlalu
Riak gelombang suatu rintangan
Ingat itu pasti kan datang
Karang tajam sepintas seram
Usah gentar bersatu terjang
Cepat kemari calon istriku
Ajarkan aku setiap pagi
Kucium mesra jidatmu
Larilah dekap tubuhku erat
Otakku buntu aku tak tahu
Hadapi soal serupa itu
Nona cantik calon istriku tolonglah aku
Pikat hatiku dengan tingkahmu
Sebelum kita siap arungi
Lautan luas penuh tantangan
Tampak perahu kecil kita menunggu di dermaga
Aku Antarkan
Iwan fals
Aku antar kau
Sore pukul lima
Laju roda dua
Seperti malas tak beringas
Langit mulai gelap
Sebentar lagi malam
Namun kau harus kembali
Tinggalkan kota ini
Saat lampu lampu mulai dinyalakan
Semakin erat lingkar lenganmu di pinggangku
Jarak bertambah dekat dua kelok lagi
Stasiun bis antar kota pasti terlihat
Tak terasa seminggu
Sudah engkau di pelukku
Tak terasa seminggu
Alangkah cepatnya waktu
Tak terasa seminggu
Rakus kulumat bibirmu
Tak terasa seminggu
Tak bosan kau minta itu
Tiba di tujuan
Mesin ku matikan
Jariku kau genggam
Seakan enggan kau lepaskan
Saat lampu lampu mulai dinyalakan
Semakin erat lingkar lenganmu di pinggangku
Jarak bertambah dekat dua kelok lagi
Stasiun bis antar kota pasti terlihat
Tak terasa seminggu
Sudah engkau di pelukku
Tak terasa seminggu
Alangkah cepatnya waktu
Tak terasa seminggu
Rakus kulumat bibirmu
Tak terasa seminggu
Tak bosan kau minta itu
Berapa
Iwan Fals
Berapa jauh seorang lelaki
Tempuh jarak lalu jalan mendaki
Berapa cepat seorang lelaki
Tanpa keluh sigap dia berlari
Berapa dalam seorang lelaki
Selami lautan demi tepati janji
Berapa keras seorang lelaki
Pecahkan cadas di atas kaki sendiri
Damai Kami Sepanjang Hari
Iwan Fals
Hangat mentari pagi ini
Antar ku pulang dari bermimpi
Ramah tersenyum matahari
Inginkan aku tuk bernyanyi
Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
Perlahan kau bangunkan aku
Antarkan segelas kopi ( kopi susu )
Dengar canda adik adikmu
Inginkan aku segera bersatu
Indah pagi ini
Nada sumbang enyahlah kau
Biarkan kami
Semoga akan tetap abadi
Pagi ini
Pagi esok
Esok hari
Hari nanti
Semoga tak kan pernah berhenti
Canda hari ( pagi )
Canda pagi ( hari )
Damai kamiSepanjang hari
Tince Sukarti Binti Mahmud
Iwan Fals
Tince Sukarti binti Mahmud
Kembang desa yang berwajah lembut
Kuning langsat warna kulitnya
Maklum ayah Arab ibunda Cina
Tince Sukarti binti Mahmud
Ikal mayang engkau punya rambut
Para jejaka tak akan lupa
Kerling nakal Karti memang menggoda
Jangankan lelaki muda terpesona
Yang tua jompo pun gila
Sejuta cinta antri di meja beranda
Sukarti hanya tertawa
Bibirmu hidungmu
Indah menyatu
Tawamu suaramu
Terdengar merdu
Tince Sukarti hobi memang dia bernyanyi
Kasidah, rock and roll, dangdut, keroncong ia kuasai
Tince Sukarti ingin jadi seorang penyanyi
Primadona beken neng Karti selalu bermimpi
Ibu bapaknya enggan memberi restu
Walau sang anak merayu
Tince Sukarti dasar kepala batu
Kemas barang dan berlalu
Tince Sukarti berlari mengejar mimpi
Janji makelar penyanyi orbitkan Sukarti
Janji Sukarti di hati persetan harga diri
Kembang desa layu
Tak lagi wangi seperti dulu
Kembang desa layu
Tak lagi wangi seperti dulu
Tince Sukarti berlari mengejar mimpi
Tince Sukarti berlari dikejar mimpi
Ujung Aspal Pondok Gede
Iwan Fals
Di kamar ini aku dilahirkan
Di balai bambu buah tangan bapakku
Di rumah ini aku dibesarkan
Dibelai mesra lentik jari ibu
Nama dusunku ujung aspal pondok gede
Rimbun dan anggun ramah senyum penghuni dusun
Kambing sembilan motor tiga bapak punya
Ladang yang luas habis sudah sebagai gantinya
Sampai saat tanah moyangku
Tersentuh sebuah rencana dari serakahnya kota
Terlihat murung wajah pribumi
Terdengar langkah hewan bernyanyi
Di depan masjid samping rumah wakil pak lurah
Tempat dulu kami bermain mengisi cerahnya hari
Namun sebentar lagi angkuh tembok pabrik berdiri
Satu persatu sahabat pergi dan tak akan pernah kembali
Intermezo
Iwan Fals
Katanya malam sepi
Ternyata malam tak sepi
Malam katanya sama
Ternyata malam tak sama
Didesaku dikotamu
Memang ada malam
Dihatimu dihatiku
Malam memang ada
Namun malammu tak sama malamku
Namun hatimu tak sama hatiku
Pahamkah kau ceritaku tantang malam
Malam didesaku nyanyi jangkrik merdu
Malam dikotamu keluh kesah bertalu
Malam dihatiku tetap gelap tak terang
Malam dihatimu gelap jadi bumerang
Sukur...
Oh ya, disini jurang kita
Dalam...dalam teramat dalam
Seperti gelapnya malam
Di heningnya malam
Di redupnya sinar
Satu rembulan berjuta bintang
Ayun kaki membelah sepi
Iring angan hidup punya arti
Seorang lelaki coba sembunyi
Kala keseribu teguk
Hanguslah problema yang menghimpit dada
Berbisik seorang pemabuk
Kepada dunia yang remehkan dia
Kepada dunia yang remehkan dia
Hembus angin lewat
Belai tubuh penat
Seorang lelaki bergumul pekat
Bosan kadang singgah
Di jiwa yang lelah
Kadang ada jemu
Sekejap berlalu
Kala keseribu teguk
Hanguslah problema yang menghimpit dada
Berbisik seorang pemabuk
Kepada dunia yang remehkan dia
0 Komentar:
Posting Komentar