Senin, 23 Januari 2012

0 In Collaboration 2003

Sesuatu Yang Tertunda
Iwan Fals/Piyu

Disini aku sendiri
Menatap relung relung hidup
Aku merasa hidupku
Tak seperti yang ku inginkan

Terhampar begitu banyak
Warna kelam sisi diriku
Seperti yang mereka tahu
Seperti yang mereka tahu

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku menantang sendiriku

Temui cinta
Lepaskan rasa
Temui cinta
Lepaskan rasa

Disini aku sendiri
Masih seperti dulu yang takut
Aku merasa hidupku pun surut
Tuk tumpukan harap

Tergambar begitu rupa samar
Seperti yang kurasakan
Kenyataan itu pahit
Kenyataan itu sangatlah pahit

Aku merasa disudutkan kenyataan
Menuntut diriku dan tak sanggup ku melawan
Butakan mataku semua tentang keindahan
Menggugah takutku menantang sendiriku

Temui cinta
Lepaskan rasa
Temui cinta
Lepaskan rasa


Sudah Berlalu
Iwan Fals/Kikan

Mungkin sudah berlalu
Bersama redup senja
Kita bukanlah satu
Ku tak lagi kau puja

Kini tak akan lagi
Kuharap indah mimpi

Bila tak lagi kau resapi
Cinta hanya tuk dua hati
Jangan lagi kau ucap janji
Bila hanya kau ingkari


Senandung Lirih
Iwan Fals/Eross

Kau wanita terindah
Yang pernah kutaklukkan
Kau kenapa kau pergi
Kenapa kau pergi

Kau wanita terhebat
Yang pernah memelukku
Kau kenapa kau pergi
Kenapa kau pergi

Helai udara disekitarku
Senandung lirih namamu
Tiap sudut kota yang ku datangi
Senandung lirih namamu

Kau wanita termegah
Yang pernah kudapatkan
Kau kemana kau pergi
Kemana kau pergi

Semoga kau temukan apa yang kau cari
Yang tak kau dapatkan dari aku
Semoga kau temukan apa yang kau cari
Yang tak kau dapatkan dari aku

Helai udara disekitarku
Senandung lirih namamu
Kemana pun kau akan melangkah
Aku yang selalu mengenangmu
Kemana pun kau akan melangkah
Aku yang selalu mengenangmu

La la la la la
La la la la la
La la la la la
Ooh


Suara Hati
Iwan Fals

Apa kabar suara hati?
Sudah lama baru terdengar lagi
Kemana saja suara hati?
Tanpa kau sepi rasanya hati

Kabar buruk apa kabar baik?
Yang kau bawa mudah mudahan baik
Dengar dengar dunia lapar
Lapar sesuatu yang benar

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Ku dengarkah orang orang yang menangis?
Sebab hidupnya dipacu nafsu
Kau rasakah sakitnya orang yang terlindas?
Oleh derap sepatu pembangunan

Kau lihatkah pembantaian?
Demi kekuasaan yang secuil
Kau tahukah alam yang kesakitan?
Lalu apa yang akan kau suarakan?

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Suara hati
Kenapa pergi?
Suara hati
Jangan pergi lagi

Jangan pergi lagi


Kupu-Kupu Hitam Putih
Iwan Fals

Menunggu matahari terbit
Di musim hujan
Mendung menjadi teman
Ada juga keindahannya

Butir embun yang ada didaun
Bagai intan berlian
Lebih riang ia berkilauan
Karena matahari tertutup awan

Suara burung burung didahan
Nyanyian alam
Bekerja ia mencari makan
Ada juga yang membuat sarang

Iri aku menyaksikan itu
Tapi kutekan aku harus bersyukur
Berguru pada kenyataan
Pada makhluk Tuhan yang katanya tak berakal

Mendung datang lagi
Setelah hangat sebentar
Butir embun hilang
Aku jadi termenung

Mencari pegangan
Mencoba untuk bersandar
Langit makin hitam
Aku jadi berharap pada hujan

Kupu kupu hitam putih
Terbang di sekitarku
Melihat ia menari
Hatiku terpatri

Sepasang merpati
Bercumbu dibalik awan
Kemudian ia turun menukik
Sujud syukur padanya


Hadapi Saja
Iwan Fals

Relakan yang terjadi
Tak kan kembali
Ia sudah miliknya
Bukan milik kita lagi

Tak perlu menangis
Tak perlu bersedih
Tak perlu tak perlu sedu sedan itu
Hadapi saja

Pasrah pada Ilahi
Hanya itu yang kita bisa
Ambil hikmahnya
Ambil indahnya

Cobalah menari
Cobalah bernyanyi
Cobalah cobalah mulai detik ini
Hadapi saja

Hilang memang hilang
Wajahnya terus terbayang
Berjumpa dimimpi
Kau ajak aku
Tuk menari bernyanyi
Bersama bidadari, malaikat
Dan penghuni surga


Belalang Tua
Iwan Fals

Belalang tua diujung daun
Warnanya kuning kecoklat coklatan
Badannya bergoyang ditiup angin
Mulutnya terus saja mengunyah
Tak kenyang kenyang

Sudut mata kananku tak sengaja
Melihat belalang tua yang rakus
Sambil menghisap dalam rokokku
Kutulis syair
Tentang hati yang khawatir

Sebab menyaksikan
Akhir dari kerakusan
Belalang tua
Yang tak kenyang kenyang

Seperti sadar kuperhatikan
Ia berhenti mengunyah
Kepalanya mendongak keatas
Matanya melotot melihatku tak senang

Kakinya mencengkram daun
Empat didepan dua dibelakang
Bergerigi tajam

Sungutnya masih gagah menusuk langit
Berfungsi sebagai radar

Belalang tua masih saja melihat marah kearahku
Aku menjadi grogi dibuatnya
Aku tak tahu apa yang dipikirkan
Tiba tiba angin berhenti mendesir
Daun pun berhenti bergoyang

Walau hampir habis
Daun tak jadi patah
Belalang yang serakah
Berhenti mengunyah

Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang

Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah

Belalang tua diujung daun
Dengan tenang meninggalkan harta karun
Warnanya hijau kehitam hitaman
Berserat berlendir
Bulat lonjong sebesar biji kapas

Angin yang berhenti mendesir
Digantikan hujan rintik rintik

Aku yang menulis syair
Tentang hati yang khawatir
Tak tahu kapan
Kisah ini akan berakhir

Kisah belalang tua diujung daun
Yang hampir jatuh tetapi tak jatuh
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang tak kenyang kenyang

Kisah belalang tua diujung daun
Yang kakinya berjumlah enam
Kisah belalang tua yang berhenti mengunyah
Sebab kubilang kamu serakah


Aku Bukan Pilihan
Iwan Fals/Pongky

Kini ku mengungkap tanya
Siapakah dirinya
Yang mengaku kekasihmu itu
Aku tak bisa memahami

Ketika malam tiba
Ku rela kau berada
Dengan siapa kau melewatinya
Aku tak bisa memahami

Aku lelaki tak mungkin
Menerimamu bila
Ternyata kau mendua
Membuatku terluka

Tinggalkan saja diriku
Yang tak mungkin menunggu
Jangan pernah memilih
Aku bukan pilihan

Selalu terungkap tanya
Benarkan kini dia
Wanita yang kukenal hatinya
Aku tak bisa memahami

Tak perlu kau memilihku
Aku lelaki
Bukan tuk dipilih


Ancur
Iwan Fals/Azis M.S

Namamu selalu kubisiki
Dalam tidurku dalam mimpiku
Setiap malam

Hangat tubuhmu melekat di kulitku
Beribu peluk beribu cium
Kita lalui

Tapi kau kabur
Dengan duda anak tiga
Pilihan ibumu

Hatiku hancur
Berserakan berhamburan
Kayak jeroannya binatang

Ya sudah
Kumenangis seadanya
Sekuat tenaga

Ya sudahlah

Kau memang setan alas
Nggak punya perasaan

ANCUUU UUUR

Doaku di akad nikahmu
Semoga si duda diracun orang
Biar terus mampus

Tapi kau kabur
Dengan duda anak tiga
Pilihan ibumu

Hatiku hancur
Berserakan berhamburan
Kayak jeroannya binatang

Ya sudah
Kumenangis seadanya
Sekuat tenaga

Ya sudahlah

Ya sudah
Kumenangis seadanya
Sekuat tenaga

Ya sudahlah

Kau memang “syaiton” alas
Ndak punya perasaan

ANCUUU UUUR

Doaku di akad nikahmu
Semoga si duda diracun orang
Biar terus mampus

Semoga si duda diracun orang
Biar terus mampus

Heh heh heh heh heh


Rinduku
Iwan Fals/Harry Roesly

Tolong rasakan ungkapan hati
Rasa saling memberi
Agar semakin erat hati kita
Jalani kisah yang ada

Ku tak pernah merasa jemu
Jika kau selalu disampingku
Begitu nyanyian rinduku
Terserah apa katamu

Rambutmu
Matamu
Bibirmu
Ku rindu

Senyummu
Candamu
Tawamu
Ku rindu

Beri aku waktu sedetik lagi
Menatap wajahmu
Esok hari ini atau nanti
Mungkin tak kembali

0 Komentar:

Posting Komentar